Cari Blog Ini

Kamis, 26 September 2013

"Tentang Dia"


Dua tahun, sembilan bulan, 4 hari. Entah sudah berapa lama rasa ini untuk dia ku pendam. Entah sudah berapa lama aku menjadi pecundang yang hanya bisa berharap. Pengecut yang di bodohi dengan  asa nya sendiri. Entah sudah berapa lama aku memendam perasaan ini.

Bodoh! Aku memang bodoh. Berharap malaikat kecil slalu bertengger di hatiku. Berharap matahari selalu ada dengan sinarnya saat langit kelabu. Harapan yang bodoh. Aku tau semua itu tidak  mungkin! Semua itu tidak  akan terjadi! Namun itulah aku. Makhluk Tuhan yang mempunyai  asa namun tak bisa nyata.
Terkadang aku bingung dengan keadaanku, bingung dengan hatiku. 

Aku memanggilnya Rie. Cowo yang selama tiga tahun selalu satu ruangan kelas denganku. Dia yang membuat hari-hari ku di bangku SMP menjadi berbeda. Dia  yang selalu bisa buat ku tersenyum saat luruh. Dia yang selalu bisa menenangkanku saat lirih. Namun dia juga yang membuat ku benci dengan diriku sendiri.
Aku menyayaginya? ya. Aku mencintainya? Ngak. Atau gag tau!! Entahlah. Mungkin aku yang terlalu bodoh, percaya akan kefanaan. Aku yang terlalu berharap fatamorgana itu bukan tipuan yang nyata. Tapi dia... aku menyayanginya. Dia memang bukan cowo yang lebih! Tapi dia sempurna bagi aku. Cowo 13 tahun yang aku kenal dulu memang gag seganteng Evan Sanders, malah kasarnya jauh! Jauuuuh banget. 

^^^^^^^^^^

Hari-hari akhir semester 3 di SMP itu aku jalani. Mungkin itu awal aku sadar dy adalah sesosok malaikat kecil yang aku sayang. Beda! beda banget apa yang ku rasa saat di dekatnya. Seperti  magnet yang mampu menarik butiran besi yang lemah dan luruh atau sekalipun besi yang  kuat, sehingga sukar, berat dan  sulit di genggam jemari. Dia indah bagiku.

Hari-hari itu aku jalani tanpa kepastian yang entah di mana ujungnya. Hingga pada tingkat akhir ku di bangku di SMP, aku disadari oleh ketakutanku. Rasa takut yang selama ini ku berharap tidak akan terjadi. 
Namun hari itu... aku mendengar nama seorang wanita yang ada di hatinya. Dan itu bukan hanya terdengar olehku dalam jauh, namun di hadapanku dia ucap.

“Ra..kamu kenal gag sama anak kelas tujuh satu, rambutnya panjang, dia selalu pake tas pink di bahunya, anaknya manis, tinggi." Breegg! seperti tertabrak tronton ku mendengarnya.
“Emmm… anak kelas tujuh satu?? Yang mana ya?? Banyak kali Rie yang ciri-ciri nya kaya gittu!!” Mengelak.
“Masa gag tau si Ra?? Namanya siapa ya??” ttu cewe manis banget, malah paling manis di tujuh satu.
Sekarang seperti tersambar petir ketika ku dengarr kalimat terakhir yang ia ucapkan. 

Tuhan…apa yung harus aku perbuat?? Aku tau siapa sesosok wanita itu. Katakan ya untuk kebahagiaannya atau tidak untuk mengurangi kesesakanku. Apa yang harus ku perbuat Tuhan?? Melepas separuh sayapku..atau meberinya sepasang sayap yang baru??” ucapku lirih di hati.

“Apa yang kamu maksud itu tata Rie??” gumamku lirih
“Siapa Ra?? Tata!… iiiih lucu banget namanya. Thanks Ra infonya.” ucapnya dengan senyum dan mengakhiri pembicaraan.

Rie… Andai aja aku bisa ngungkapin perasaan aku ini. Andai aja kamu tau apa yang aku rasain sekarang. Andai aja kamu tau Rie! Aku rela terluka kalaupun kamu harus sama dia.. aku rela asal aku masih bisa ngeliat senyum itu.. senyum manis malaikat kecilku..  sayang aku ke kamu masih terlalu besar di bandingin rasa sakit yang bakal aku dapetin nanti, aku rela tersayat oleh semua itu, toh kamu bisa bahagia.. aku rela Rie.

          Dan sampai detik ini aku hanya bisa berharap.
          Berharap kau selalu tersenyum.
          Berharap kau tau isi hatiku.
          Dan berharap matahari selalu ada dengan sinarnya saat langit kelabu.
          Gag akan pernah lebbih… Cuma itu.

Salam sayang 
Echa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar